Kisah Mbah Ruslan, Cikal Bakal Tukang Pangkas Rambut Kemasan - Romansa Bening

Breaking

Kisah Mbah Ruslan, Cikal Bakal Tukang Pangkas Rambut Kemasan



Jika melintas di kawasan Jalan Sriwijaya Kelurahan Kemasan Kota Kediri, anda akan menemukan deretan tukang pangkas rambut tradisional berjejer sepanjang jalan. Ada lebih dari 10 kios yang membuka jasa untuk merapikan rambut.

Keberadaan kios pangkas rambut itu tak lepas dari kiprah Ruslan Efendi (67). Dialah yang mengawali usaha pangkas rambut di lokasi tersebut. Pria 4 anak yang menamai tempatnya bekerja dengan nama ‘Potong Rambut Ojo Lali’ itu bisa dibilang menjadi cikal bakal tumbuh dan berkembangnya para penyedia jasa potong rambut. “Saya yang mengawali di area ini pada tahun 1983 silam,” kenangnya sembari tersenyum lebar.S

Sebelum membuka kios di lokasi sekarang, Ruslan membuka usaha pangkas rambut di Jalan Pattimura, yang hanya dipisahkan rel kereta api dengan Jalan Sriwijaya. Usaha itu dirintisnya sejak tahun 1973. Tepat 10 tahun kemudian, dia mulai pindah dan membuka jasa potong rambut di rumahnya. “Awalnya kecil di teras rumah. Lama – lama ramai dan semakin sempit dipenuhi orang antre. Akhirnya ruang tamu rumah saya renovasi menjadi tempat potong rambut yang lebih luas,” katanya.

Pada saat itu, bisa dibilang masih sedikit orang yang mampu menguasai teknik – teknik memangkas rambut sehingga masih sedikit yang mampu untuk membuka jasa di bidang itu. Dalam sehari ada 25 orang hingga 30 orang yang menggunkan jasanya. Dia mengaku, dengan ongkos Rp 350 per kepala, dia mampu membeli rumah untuk keluarganya dari penghasilannya itu. “Dulu ada Orang Kalimantan, yang menjadi pasien pertama kali potong di sini. Dia memberi ongkos Rp 400 dan tak mau menerima kembaliannya. Sampai sekarang uangnya masih saya simpan sebagai kenang – kenangan,” tuturnya.

Selang 11 tahun berlalu, tepatnya pada tahun 1994 mulai bermunculan tukang pangkas rambut di sekitarnya dan terus silih berganti hingga ramai seperti saat ini. Dengan banyaknya saingan yang ada membuat kiosnya tak lagi ramai seperti dulu. “Dengan ongkos Rp 10 ribu per kepala, sekarang 7 sampai 10 orang setiap hari. Yang penting tetap disyukuri,” katanya.(*)