Drama Virtual ‘Goro-goro Gareng lan Juminten’ - Romansa Bening

Breaking

Drama Virtual ‘Goro-goro Gareng lan Juminten’


Tampilkan Tokoh Punakawan untuk Sampaikan Edukasi tentang Vaksinasi Covid-19


Simpang siur dan informasi yang rancu tentang vaksinasi Covid-19 mengusik kepedulian beberapa pelaku seni di Kota Kediri.  Berkolaborasi dengan pemerintah, puskesmas, polisi, TNI, dan bank milik negara, mereka membuat drama sederhana dengan nuansa komedi untuk menyampaikan informasi yang benar tentang vaksin Covid-19. Kolaborasi itu pun ditampilkan secara virtual untuk menghindari kerumunan.

Sabtu (13/2) pagi, beberapa pelaku seni dari Taman Baca Kampoeng Djadoel bersiap diri. Mereka mulai mengeluarkan kostum dan alat rias wajah sederhana. Berbekal cermin kecil, para pelaku seni itu merias wajah sendiri secara teliti. Sembari membuka gawai, mencari referensi make up tokoh pewayangan yang akan mereka tiru, jari-jemari cekatan itu seolah menari di permukaan wajah. Tak butuh waktu lama, rias wajah ala pewayangan itu sudah rampung.


Di saat semua pelaku seni sibuk dengan kostum dan riasan wajah, beberapa orang yang mewakili Puskesmas Ngletih, Kemacamatan Pesantren, dan Kelurahan Tempurejo terlihat sibuk menyiapkan lokasi dan menata audio. Mereka menyiapkan beberapa kamera ponsel untuk digunakan merekam drama. Setelah semua siap, tepat pukul 10.00 WIB, pagelaran Goro-goro Graeng lan Juminten pun dimulai.

Dalam cerita tersebut ada dua tokoh punokawan yang dihadirkan yaitu Gareng dan Semar. Kedua tokoh ini bermain bersama dengan gadis ayu yang bernama Juminten penjual jamu tradisional.

Juliaman Budi Santoso, salah satu pelaku seni dari Taman Baca Kampoeng Djadoel menuturkan, drama sederhana ini merupakan tanggapan terhadap polemik yang terjadi dalam menyikapi vaksinasi Covid-19. Banyak warga yang masih kurang mendapat informasi yang benar tentang vaksinasi Covid-19. Hal ini bahkan memicu penolakan pemberian vaksin.

Menurutnya, penolakan vaksin berdasar pada beberapa faktor, mulai dari harga vaksin yang mahal, efek samping setelah divaksin, hingga pembahasan tentang halal dan haram. Dari situ, dia mencoba membuat cerita berlatar suasana tempo dulu yang erat kaitannya dengan tokoh pewayangan. Dia mengambil tokoh Gareng dan Semar. Kedua tokoh itu dipilih karena lucu, namun dalam kelucuan mereka, terselip banyak pesan moral dan budi pekerti dalam kehidupan.

Kemuadian dua tokoh tersebut digabungkan dengan situasi dan kondisi saat ini. “Tidak ada yang namanya polisi dan dokter di cerita pewayangan. Kini Gareng dan Semar berkolaborasi dengan dokter, polisi, camat, lurah, dan tentara,” tuturnya.

Adegan diawali dengan suasana pasar yang riuh dengan suara tawar menawar penjual dengan pembeli. Beberapa saat, tawar menawar itu berhenti ketika ada salah satu pembeli yang membahas tetangganya lemas usai divaksin Covid-19.

Kabar itu memicu kehebohan Juminten, penjual jamu tradisional dan Cempluk, penjual kerupuk. Mereka lantas memanggil Gareng untuk membicarakan kabar itu. Kemudian Gareng, Juminten, dan Cempluk berembuk satu suara tidak mau divaksin. “Dalam sesi ini, tokoh seolah mewakili kekhawatiran warga tentang vaksin,” ujar Budi, sapaan akrabnya.

Saat ketiga tokoh tersebut ribut dan mempengaruhi masyarakat, tokoh Semar datang untuk menenangkan suasana. Terlihat Semar seakan menentang Gareng yang berlagak seolah tahu tentang kebenaran vaksin Covid-19. Meski begitu, tentangan Semar tak dihiraukan oleh Gareng, Cempluk, Juminten, dan warga lainnya. Akhirnya, Semar pun memanggil pihak yang berwenang. “Semar di sini hadir sebagai tokoh penengah untuk menengkan suasana,” ucapnya.

Keunikan juga tampak pada perwujudan virus corona. Pemaran virus itu tampil dengan kostum serba merah dan berkalung kerupuk. Dari sesi awal, tokoh virus itu tak henti-henti berlalu-lalang menghampiri setiap tokoh yang bersuara.

Adegan itu berlanjut dengan datangnya Bu Lurah atas panggilan Semar. Kemudian Bu Lurah memberikan penjelasan tentang keamanan vaksin. Namun, Gareng, Cempluk, Juminten, dan warga lainnya tak juga percaya dengan informasi yang disampaikan Bu Lurah. Tokoh-tokoh yang menentang vaksinasi itu malah berteriak-teriak dengan berbagai macam pertanyaan, seperti kehalalan vaksin, simpang siur harga vaksin, efek samping setelah disuntik vaksin, dan berbagai macam alasan lainnya. “Saat keramaian itu terjadi, Semar bertindak cepat memanggil camat, dokter puskesmas, polisi, dan TNI untuk meluruskan informasi,” ucapnya.

Kehadiran tokoh selanjutnya tak hanya memberikan informasi. Mereka juga menunjukkan bukti karena beberapa tokoh sudah disuntik vaksin Covid-19. Klimaks dari pagelaran drama itu menceritakan tentang informasi vaksin yang sangat jelas. Dokter puskesmas yang hadir menjelaskan tentang semua seluk beluk vaksinasi Covid-19. Ditambah lagi dengan pembuktian tak ada efek samping setelah vaksin dilakukan. Sebagai contohnya ada polisi dan tentara yang tetap sehat usai disuntik vaksin Covid-19. “Di sesi ini kejelasan sudah mulai terbuka,” kata Budi.

Adegan diakhiri dengan penyuntikan vaksin Covid-19 pada tokoh Gareng dan Juminten. Masyarakat semakin yakin dengan vaksin Covid-19 setelah Gareng dan Juminten disuntik dan tidak ada efek samping yang ditunjukkan.



Sementara itu, Daniel Sermawan (35) salah satu warga yang menyaksikan mengaku terhibur. Selain informasi yang sangat jelas, drama singat tersebut sangat lucu. “Lucunya top banget, pesan yang disampaikan mudah dimengerti,” katanya.

Kepala Puskesmas Ngletih, Kecamatan Pesantren, dr Endiani mengatakan, dalam drama itu dia menyelipkan informasi lengkap tentang vaksin Covid-19. “Misalnya, ada tahapan vaksin. Tidak perlu takut kalau vaksin. Jika sakit tidak divaksin dulu, pokoknya lengkap sudah,” katanya

Widiantoro (47) Camat Pesantren menyebut, dalam drama yang digelar secara virtual itu semua bisa bersinergi bersama anatar forkopimcam, 3 pilar, puskesmas, dan tokoh seni dalam melakukan edukasi mendukung program pemerintah. “Saya berharap masyarakat supaya jangan takut dengan pelaksanaan vaksin, tak ada biaya alias gratis,” ujarnya

Dia juga tak lupa mengimbau seluruh masyarakat untuk tetap menjalankan protkol kesehatan. Selain itu, kondisi kesehatan juga harus dijaga untuk memperkuat imun tubuh.

Di lain sisi, Wijanarko Kepala Unit BRI Pesantren mendukung penuh kegiatan positif ini. Dia berusaha malakukan pelayanan pada masyarakat deng ikut andil dalam drama edukasi tersebut. “Ya intinya adalah pelayanan masyarakat, itu tadi yang jadi Juminten juga pegawai dari BRI,” ucapnya. (*)