Maksimalkan Khasiat Buah Mojo untuk Pengobatan Tradisional - Romansa Bening

Breaking

Maksimalkan Khasiat Buah Mojo untuk Pengobatan Tradisional

 

Serka Trijoto Pristiwawan dan Upaya Pemanfaatan Pohon Mojo (2/habis)

Pohon mojo tak hanya lekat dengan sejarah dan penamaan beberapa daerah di Jawa Timur, termasuk Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri. Pohon ini ternyata memiliki banyak manfaat di bidang kesehatan. Seluruh bagian pohon mojo bisa dipakai untuk pengobatan tradisional.

Berbagai manfaat dan khasiat pohon mojo tertuang dalam berbagai literatur. Misalnya manfaat buah mojo untuk mengobati diare, disentri, darah tinggi, mengatasi rasa mual dan muntah selama kehamilan, pemulihan luka, mengobati asma, dan anemia. Selain itu, buah mojo juga memiliki kandungan gizi tinggi yang dibutuhkan tubuh, seperti energi, karbohidrat, protein, lemak, mineral, serat dan berbagai jenis vitamin.

Hal itulah yang coba diolah oleh Serka Trijoto Pristiwawan. Baginya, upaya pelestarian pohon mojo tidak sekadar soal sejarah dan kegunaan tumbuhan itu bagi lingkungan, melainkan juga pada kepentingan peningkatan kesehatan dan taraf perekonomian masyarakat.

Dia lantas melakukan percobaan untuk mengolah buah mojo menjadi obat herbal.   “Pengolahan buah mojo ini selain mengambil manfaat buahnya, juga merupakan upaya untuk menyakinkan warga agar tak menyia-nyiakan buah yang sering dipandang sebelah mata ini,” katanya.

Berbekal panduan dari rekannya yang sudah lebih dulu berkecimpung dalam pengolahan buah mojo, bintara kelahiran Malang, 1 November 1973 itu mulai melakukan percobaan. Dia mengakui, percobaan yang dilakukan tidak berjalan mulus. Banyak tantangan yang harus dihadapi. Mulai dari dicemooh warga, disepelakan banyak pihak karena dirasa aneh, dan merasakan efek samping karena ada yang kurang dalam proses pengolahan.

Tapi itu semua tidak membuatnya putus asa. Bersama beberapa temannya, Serka Trijoto mulai melakukan percobaan kedua. Dia memetik beberapa buah mojo yang ada di halaman Kecamatan Mojo. “Saya petik buah yang sudah tua. Biasanya buah yang sudah tua memiliki ciri-ciri cangkang yang mengeras,” katanya.

Namun, percobaan kedua masih gagal. Setelah itu, dia mencoba membuka smart phone dan belajar secara online tentang segala informasi terkait buah mojo. Dari hasil belajarnya itu dia mendapatkan satu proses yang kemudian diaplikasikan dalam proses pengolahan. “Percobaan yang ketiga berhasil. Rasa yang dihasilkan alami tanpa tambahan bahan apapun. Saat diminum rasa asam manis akan terasa,” tuturnya.

Dia lantas mencoba memasak 12 buah mojo berdiameter antara 10 sentimeter hingga 15 sentimeter. Dari jumlah tersebut dia menhasilkan obat herbal sebanyak 18 botol. Masing-masing botol berisi 250 mililiter. “Khasiatnya, bisa menenangkan atau timbul rasa rileks setelah eminumnya. Tubuh menjadi segar karena ada unsur asam yang mengandung vitamin C dan manis yang mengandung unsur glukosa. Cocok untuk menjaga ketahanan imun tubuh,” katanya.

Dari percobaan pembuatan obat herbal ini, dia berharap bisa mendapatkan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Tak hanya berkontribusi pada peningkatan kesehatan masyarakat, apabila usaha pembuatan obat herbal dari buah mojo berjalan tentu akan menyerap tenaga kerja dalam proses produksinya. 

“Kami berharap ada pendampingan dari ahli kesehatan dan gizi dalam proses penyempurnaan obat herbal ini. Nantinya akan kami beri nama dwipojoyo yang berarti harapa untuk bisa berjaya,” ucapnya.

Selain obat herbal, cangkang buah mojo juga bisa digunakan untuk berbagai macam kerajinan bernilai ekonomis. Tekstur cangkang yang keras, bisa juga dimanfaatkan sebagai pot tanaman hias. Sedangkan ampas dari proses fermentasi buah mojo, bisa digunakan sebagai pupuk kompos.”Buah ini mengandung banyak manfaat,” katanya.

Semua ini dia lakukan tak lepas dari tanggungjawabnya sebagai bintara pembina desa (babinsa). Dia merasa punya kewajiban untuk bisa membuat masyarakat di pedesaan bangkit dan mandiri. “Semoga dengan ini bisa meningkatkan pengetahuan dan perekonomian warga sekitar,” katanya.(habis/*)