Mbah Katemi, Pedagang Pasar Menjalani Ramadan - Romansa Bening

Breaking

Mbah Katemi, Pedagang Pasar Menjalani Ramadan



Bangga Jika Puasa dan Tarawih Penuh Sebulan



Marhaban ya Ramadan, bulan yang penuh ampunan dan berlipat ganda hitungan amal kebaikan. Datangnya bulan suci ini begitu dinanti kaum muslimin. Semua berharap bisa menjalani bulan suci dengan sempurna dan bertemu kembali di tahun berikutnya. Seperti itupula harapan Katemi, nenek berusia 73 tahun yang sehari-hari bekerja sebagai penjual sayur mayur di Pasar Bandar, Kota Kediri. Dia berkomitmen ingin menunaikan puasa hingga akhir Ramadan meski masih bekerja.


Sekitar pukul 09.45 WIB, Pasar Bandar mulai sepi pembeli. Namun, Mbah Katemi sapaan akrabnya tetap berjaga di lapak mungil berukuran 2 meter x 3 meter yang ada di lantai dua pasar tersebut. Silih berganti sisa pembeli yang masih berbelanja dia sapa sembari menawarkan jualannya. "Kegiatan saya sehari-hari berjualan di sini," katanya.

Nenek yang tinggal di Kelurahan Bandar Kidul itu tetap semangat meski usianya tak muda lagi. Setiap hari, dia bangun lebih pagi untuk bersiap diri. Biasanya pukul 04.00 WIB setelah menunaikan salat subuh dia beranjak pergi ke pasar. "Kalau Ramadan ya sahur dulu. Setelah itu salat subuh kemudian bersama anak pertama saya, berangkat menuju pasar," ujarnya

Dia mengaku mulai berjualan sejak tahun 1980 silam. Dia mengumpulkan penghasilan dan mampu memenuhi kebutuhannya dan lima anaknya hingga semua mandiri. "Sekarang cucu saya sudah 13. Mereka menjadi semangat saya untuk tetap bekerja. Meski semua anak saya sudah melarang karena usia saya yang tak muda lagi. Mereka semua khawatir dengan kesehatan saya," ucapnya.

Meski berusia tua, dia mengaku tetap semangat bekerja. Menurutnya, tak ada bedanya hari biasa dan ketika Ramadan. "Lha puasa itu kewajiban. Yang namanya wajib ya harus dikerjakan. Kerjaan saya memang berat tapi tak menghalangi niat saya untuk berpuasa," ujarnya sembari tersenyum.

Dia bercerita, tahun lalu dia mampu menjalankan ibadah puasa tuntas hingga akhir. Salat tarawih pun juga tak pernah bolong. Tahun ini dia berkomitmen agar bisa seperti tahun lalu. "Alhamdulillah masih diberi kesehatan sehingga bisa berjumpa lagi dengan Ramadan tahun ini," katanya.

Mbah Katemi menuturkan, tak ada resep khusus jika dalam usia tua masih bekerja dan kuat berpuasa. Dia hanya berusaha istiqomah dan menata niat dalam diri. "Kadang saya itu tidak sahur. Waktu bangun dini hari waktu sahur, saya hanya minum segelas air gula. Puasa pun tak terganggu karena sudah niat," ungkapnya.

Saat berbuka dia juga tak ingin sajian yang istimewa. Semua sama seperti yang dikonsumsi keluarganya. "Saya tak pernah pilih-pilih. Apa yang dimasak oleh anak-anak saya. Ya itu yang saya santap untuk berbuka," katnya.

Menurutnya, puasa dan ibadah lainnya merupakan cara tersendiri untuk menikmati usia senja. Bekerja secukupnya, semua menurutnya untuk kepentingan pribadi. "Anak semua juga sudah mandiri. Kerja buat kebutuhan sendiri. Kalau seusia saya yang penting adalah tabungan untuk kehidupan di akhirat," tuturnya.

Dia berharap bisa bertemu dengan bulan ramadan di tahun berikutnya. Ada rasa nikmat tersendiri ketika menjalani ibadah dibulan penuh berkah itu. (*)