Derasnya hujan yang mengguyur Desa Jati, Kecamatan Tarokan Kabupaten Kediri sejak Minggu (13/12) membuat aliran Sungai Kolokoso meluap dan terjadi banjir. Air merendam areal persawahan, permukiman warga, hingga sekolah di sekitar desa setempat.
Arwan (45) salah satu warga Dusun Krapyak, Desa Jati menuturkan, luapan air mulai masuk permukiman warga pada waktu subuh. Sebelumnya, hujan deras memang mengguyur desanya sejak Minggu (13/12) pukul 14.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB. "Hujannya mulai hari Minggu, dari sore sampai malam," tuturnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Sumiati (55), warga lainnya. Ketinggian air mencapai 20 sentimeter hingga lutut orang dewasa. Dia mengatakan, setiap tahun desanya memang menjadi langganan banjir. Namun, banjir tahun ini paling parah dan ketingian air melebihi banjir tahun lalu. "Biasanya banjir berlangsung cepat, air yang menggenang lekas surut. Tetapi tahun ini luapan airnya banyak," ujarnya.
Selain permukiman warga, jebolnya tanggul Sungai Kolokoso membuat areal persawahan terendam air. Purwadi (48) petani asal Dusun Krapyak mengaku sudah mengeluarkan anggaran Rp 2 juta sebagai modal menanam padi di sawah seluas 0,5 hektare yang terletak di sepanjang jalan raya Jatikapur. Banjir membuat modal tanam itu melayang.
"Air yang merendam sawah saya berasal dari Sungai Kolokoso. Tanggulnya jebol ada 5 titik. Setiap titik mencapai 10 meter jebolnya" katanya.
Jika ingin bercocok tanam kembali, Purwadi dan petani lainnya harus menunggu surutnya air. Para petani di wilayah tersebut harus memulai tanam dari awal. Mulai dari membajak sawah, menabur benih, hingga menanam ulang bibit padi. "Surutnya belum tahu. Kalau musimnya begini, setiap sore hujan genangan air akan bertahan," tambahnya.
Banjir tersebut juga menggenangi komplek SMPN 1 Tarokan. Sutikno (57) Kepala SMPN 1 Tarokan mengatakan, banjir tahun ini merupakan yang paling parah. Tahun-tahun sebelumnya banjir hanya sampai halaman belakang sekolah. Tahun ini, air masuk hingga ruang kelas dan halaman sekolah. Akibat genangan air tersebut, aliran listrik yang ada di sekolah dan permukiman warga dimatikan hingga waktu yang belum bisa dipastikan. "Kebetulan saat ini masih Work From Home (WFH), guru-guru yang piket, belum bisa melakukan pembersihan karena air tak kunjung surut," katanya.(*)