Sempat Lembur di Sekolah, Ciptakan Pintu Pencegah Covid-19 - Romansa Bening

Breaking

Sempat Lembur di Sekolah, Ciptakan Pintu Pencegah Covid-19


Ahmad Prayoga, Pemenang Lomba Cipta Karya Teknologi Tepat Guna 2020


Pandemi Covid-19 membuat banyak orang berinovasi untuk menciptakan piranti pendeteksi dan pencegah wabah. Seperti yang dilakukan oleh Ahmad Prayoga. Remaja dari lereng Gunung Wilis yang duduk di kelas XIII SMKN 1Kediri itu menciptakan pintu pencegah Covid-19. Inovasi ini menghantarkan  karya remaja asal Dusun Kalibago, Desa Kalipang, Kecamatan Grogol, Kabupaten Kediri tersebut memenangkan lomba cipta karya teknologi tepat guna 2020.

Yoga, sapaan akrabnya, merupakan siswa jurusan teknik otomasi industri. Dia menciptakan alat tersebut tak hanya untuk kepentingan mengikuti lomba. Dia ingin membantu mencegah penularan Covid-19. “Dapat mendeteksi gejala Covid-19 sejak dini, sehingga bisa memutus rantai penyebaran virus,” ujarnya.

Inspirasi pembuatan karya itu diperoleh dari seringnya Yoga melihat pengecekan suhu tubuh dengan thermogun di beberapa lokasi. Ide kreatifnya muncul karena aktivitas itu sebenarnya bisa dilakukan oleh alat khusus. “Sejak pandemi, puskesmas, pusat perbelanjaan, gerbang sekolah, dan tempat-tempat umum lainnya semua menggunakan thermo gun,” kata remaja yang hobi menggambar itu.

Ide itu lantas dikonsultasikan dengan guru pendamping di sekolahnya. Setelah mendapat berbagai saran dan masukan, di akhir Oktober, Yoga mulai mengerjakan proyek kreatifnya itu. 

Awalnya, alat itu dibuat sangat sederhana dengan konsep palang pintu. Konsep itu diubah setelah mendapatkan masukan dari gurunya. “Rencana saya buat seperti palang parkir. Tapi guru pendamping saya menyarankan untuk mengubahnya menjadi pintu. Kemudian saya buat dua pintu untuk pemisah,” tuturnya.

Putra sulung dari pasangan Kasan Nuriman (36) dan Sulista (34) itu mengaku sedikit kesulitan mencari alat-alat yang dibutuhkan. Selain itu, alat dan bahan yang digunakan cukup mahal. Dia harus merelakan uang tabungan yang dia sisihkan sejak kelas XI untuk membeli peralatan yang dibutuhkan. Akan tetapi jumlah tabungannya masih kurang.  “Akhirnya saya dibantu modal oleh orang tua,” kata remaja kelahiran 10 Oktober 2001 itu. 

Yoga menjelaskan, bahan-bahan utama yang dia beli adalah, sensor suhu yang berfungsi seperti thermo gun, mini LCD, sensor ultrasonic digunakan untuk mendeteksi objek, dan microcontroller.  Beberapa bahan dibeli secara daring karena sulit didapatkan. “Kalau kedua pintunya, saya minta tolong ke bapak saya untuk dibuatkan,” katanya.

Yoga menyebut, tahap paling sulit adalah mengatur sistem kontrol, menyesuaikan dengan kecerdasan buatan yang dirancang. Pengaturan sistem buka kunci pintu menjadi tantangan tersendiri. Saking sulitnya, tiga unit arduino uno (microcontroller ) rusak saat uji coba dilakukan. “Total pengeluaran hingga Rp 2,5 juta. Arduinonya banyak yang konslet, saya salah sambung koneksinya,” katanya sembari tertawa.

Tak hanya soal modal uang, Yoga harus menghabiskan banyak waktu untuk menyelesaikan proyeknya itu. Banyak suka duka dia alami. Dia sempat mengerjakan di sekolah mulai pagi hingga pukul 21.00 WIB. Hal itu terpaksa dia lakukan karena alat-alat yang digunakan hanya ada di sekolah. “Sedangkan di rumah, bapak saya sering lembur sampai larut malam membuatkan pintu yang saya pesan,” tuturnya.

Dia menjelaskan,  sesuai namanya, alat ini berfungsi ketika ada orang yang hendak melewati pintu. Ada dua pintu terkunci dengan lampu indikator berwarna hijau dan merah yang dilengkapi sensor suhu tubuh terpasang di depan dua pintu tersebut. 

Jika suhu badan orang tersebut terdeteksi berkisar antara 36 derajat hingga 37,5 derajat celcius maka pintu dengan lampu indikator berwarna hijau akan menyala dan kunci terbuka. Jika suhu badan melebihi batas yang ditetapkan, maka lampu merah yang ada di pintu sebelahnya akan menyala.”Indikator suhu badan saya dapat dari berbagai macam referensi. Kalau ada orang yang suhunya tinggi tetap memaksa masuk di pintu yang berlampu hijau, maka tidak akan berhasil karena ada kunci otomatisnya,” katanya.

Inovasi ini ternyata mendapat apresiasi. Bahkan dengan karyanya ini, Yoga menyaber juara 1 dalam lomba tahunan yang digelar di tingkat Kabupaten Kediri. dia berhasil menyisihkan berbagai karya yang diikutkan dalam lomba tersebut. 

Dia berharap, alat temuannya tersebut dapat disempurnakan dan  dikembangkan untuk diproduksi dengan jumlah besar sebagai alat pendeteksi penyebaran Covid-19.

Sementara itu, Kasan Nuriman, ayah Yoga mengatakan, dia terus memberi dukungan untuk anak pertamanya itu. Dia berusaha membantu dengan kemampuan yang dimiliki. Setelah pulang kerja serabutan saya baru bisa membantu membuatkan pintu yang terbuat dari kayu. Proses membuatnya lembur hingga larut malam,”katanya.(*)