Langka, Jadi Jujugan Pelanggan. Mariani, Satu-satunya Tukang Potong Rambut Perempuan Pinggir Jalan - Romansa Bening

Breaking

Langka, Jadi Jujugan Pelanggan. Mariani, Satu-satunya Tukang Potong Rambut Perempuan Pinggir Jalan


Keterampilan memotong rambut saat ini menjadi salah satu sumber penghasilan yang menggiurkan. Hal itu dapat dilihat dari semakin banyaknya barber shop di Kediri yang bermunculan. Selain itu, stan sederhana yang menyediakan jasa pemotongan rambut juga banyak bertebaran. Salah satunya stan potong rambut di Jalan Sam Ratulangi Kota Kediri. Namun ada yang berbeda dengan stan potong rambut itu, tukang cukurnya yaitu seorang perempuan, Mariani namanya. 

Kebanyakan tukang potong rambut pinggir jalan adalah laki – laki. Itulah yang menjadi perbedaan yang mencolok. Hal tersebut membuat Mariani menjadi satu – satunya tukang cukur perempuan pinggir jalan di Kediri.

Ani sapaan akrabnya, merintis usaha tersebut baru 2 tahun. Namun, dia sudh mempunyai pelanggan yang cukup banyak. Uniknya, dari sekian banyak pelangan, kaum adamlah yang mendominasi. Menurutnya, para pelanggannya lebih suka potong rambut di tempatnya karena cara memotong rambutnya rapi dan perlakuannya halus. “Katanya kalau cewek yang motong lebih teliti, tidak kasar, dan lebih halus perlakuaannya ketika sedang memegang kepala,” kata ibu 3 anak itu.

Stand potong rambutnya yang berukuran 3 meter kali 2 meter yang ada di depan Pasar Setono Betek itu buka sekitar pukul 09.00 WIB hingga 16.30 WIB. Biasanya dalam sehari dia mampu mengantongi penghasilan Rp 60 ribu hingga Rp 300 ribu, dengan estimasi waktu 15 menit untuk satu sesi proses potong rambut. “Sehari rata – rata ada 6 orang. Jika hari libur bisa sampai 30 orang,” tuturnya.

Profesi potong rambut itu dia tekuni sejak tahun 1997 silam. Saat itu Ani memutuskan untuk putus sekolah karena kondisi perekonomiannya yang minim. Dia lantas merantau ke luar kota. Saat itulah dia mulai belajar memotong rambut. “Saat itu saya pergi ke Sidoarjo, di tempat tante saya yang punya salon untuk belajar memotong rambut,” kenang perempuan berusia 39 tahun itu.

Tak butuh waktu lama, beberapa bulan di salon tantenya, dia sudah menguasi beberapa teknik memotong rambut. Dari situlah profesi tukang cukurnya mulai dia rintis.  Dari hasil kerjanya itu dia menyisihkan penghasilannya untuk menabung . “Hasilnya, saya tabung dan dikirim ke rumah untuk membantu biaya sekolah adik – adik saya,” ujar sulung dari 6 bersaudara itu.

Satu tahun kemudian, Ani pulang ke Kediri dan menyambung karirnya di salah satu salon yang ada di Jalan  Joyoboyo Kota Kediri. Keterampilannya itu banyak diakui pengunjung salon tersebut. Dari situ juga dia menemukan pasangan hidupnya, yang merupakan pelangan tetapnya. “Dari Sidoarjo pulang Kediri kerja di salon dan kemudian ketemu sama suami saya yang kerjanya deket dengan salon dimana saya bekerja,” kenangnya sambil tertawa ringan.

Sebenarnya, profesi yang dia tekuni saat ini hanyalah sebagai hobi untuk mengisi waktu luang setiap harinya. Sang suamipun sebenarnya juga melarang dia untuk bekerja lagi dan disarankan untuk lebih fokus mengurusi ketiga anaknya. Namun, dia tetap memaksa dan membujuk suaminya agar memberi izin untuk membuka stand potong rambut di dekat kontrakannya itu. “Awalnya juga dilarang sama suami. Tapi saya bujuk terus, itung – itung hasilnya bisa buat tambah tabungan,” tuturnya .(*)