SULITNYA AKSES TRANSPORTASI SISWA PELOSOK - Romansa Bening

Breaking

SULITNYA AKSES TRANSPORTASI SISWA PELOSOK

*Meski Berbahaya Tetap Nekat Bergelantungan Di Atas Cevrolet 

Resiko : Meski berbahaya,para pelajar tetap nekat bergelantungan di atas mobil cevrolet akibat kesulitan sarana transportasi (foto/vree)


Sulitnya akses transportasi masih menjadi kendala perkembangan dunia pendidikan terutama di sejumlah daerah pelosok di Kabupaten Kediri. Para siswa harus menumpang sejumlah mobil cevrolet maupun mobil bak terbuka untuk bisa sampai di sekolahnya. Padahal hal itu tentu sangat membahayakan keselamatan mereka
----------
      Jarum jam menunjukkan pukul 13.00 WIB. Sejumlah siswa tampak bergerombol di depan lokasi SMPN 1 Semen. Mereka berdiri di samping sebuah mobil cevrolet. Sesaat kemudian,para pelajar tersebut langsung memasuki mobil. Pelajar perempuan mendapatkan tempat duduk di dalam mobil. Sedangkan para pelajar laki - laki duduk di ujung bak mobil. Meski sudah penuh dijejali para pelajar yang hendak pulang menuju rumahnya masing - masing,mobil itu tak juga bergerak. Lantas terlihat lagi sejumlah siswa yang menghampiri mobil dan bermaksud menumpang. Hanya,karena mobil telah sesak terisi,para siswa yang datang belakangan itu,harus rela berdiri bergelanyutan dengan berpegangan pada atap mobil. Baru setelah tak mampu lagi menampung penumpang, sopir mulai menjalankan mobilnya.
      Kondisi seperti tidak hanya dijumpai di wilayah Kecamatan Semen. Para pelajar di daerah pelosok lainnya,seperti Kecamatan Kepung dan Mojo juga harus mengalami nasib serupa. Mau tidak mau,mereka harus menumpang mobil cevrolet saat berangkat dan pulang sekolah dengan kondisi berjejalan bahkan berdiri bergelayutan. Bahkan di sejumlah wilayah,mobil yang digunakan merupakan mobil bak terbuka.
      Hal ini jelas membahayakan. Pasalnya,rute perjalanan yang harus ditempuh merupakan rute berbahaya karena berupa jalan perbukitan  yang penuh belokan dan tanjakan. Rute semacam itu tentunya sangat berbahaya karena apabila kelebihan muatan,mobil akan sulit menanjak dan mudah terbalik.
      Salah satu siswa asal Desa Joho Kecamatan Semen,Prasetya (13) mengatakan,meski berbahaya,ia tetap menggunakan jasa mobil cevrolet karena tidak ada lagi angkutan lainnya untuk menempuh perjalanan antara sekolah dan tempat tinggalnya. Tidak seperti kondisi teman - temannya yang lebih beruntung,Prasetya mengaku tidak memiliki kendaraan sendiri yang bisa dipakai untuk pulang pergi dari rumah ke sekolah. “Saya tidak punya sepeda motor sendiri,makanya harus naik cevrolet bersama teman - teman seperti ini,”katanya.
      Siswa lainnya asal Desa Kebonrejo Kecamatan Kepung,Candra (14) mengatakan,satu - satunya sarana transportasi yang dimiliki keluarganya hanyalah sepeda angin. Padahal,perjalanan dari rumah ke sekolahnya tidak mungkin ditempuh dengan menggunakan sepeda. Selain karena terlalu jauh,kondisi medan juga sangat berat. Ia menyebut,jarak dari rumah ke sekolahnya sejauh 10 kilometer.  “Dulu pernah naik sepeda,tapi capek dan sering terlambat. Akhirnya naik mobil ini,”ujarnya.
      Di masing - masing kecamatan setidaknya ada 2 - 4 mobil cevrolet atau bak terbuka yang melayani para pelajar. Para awak mobil cevrolet maupun bak terbuka sebenarnya juga memahami resiko mengangkut pelajar dalam jumlah banyak dan rute menanjak seperti itu. Namun,mereka tetap mengoperasikan mobil justru demi membantu para pelajar itu. Mereka mematok tarif rata - rata Rp 1.000 untuk tiap pelajar yang menumpang mobilnya. “Biasanya kalau pagi mengangkut pedagang pasar,siangnya baru menjemput anak sekolah. Sebenarnya beresiko juga,tapi mau bagaimana lagi. Kalau tidak ada mobil seperti ini justru kasihan anak sekolah yang rumahnya jauh di gunung,”kata seorang pengemudi cevrolet yang mangkal di Pasar Semen.
      Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Kediri,Gembong Sujatmiko mengatakan,sesuai aturan lalu lintas,sebenarnya cevrolet maupun mobil bak terbuka tidak layak dan dilarang untuk mengangkut penumpang,apalagi para pelajar. Pasalnya,mobil jenis itu memang tidak memenuhi standar sebagai mobil angkutan penumpang.
      Namun sampai hari ini dishub masih memberikan toleransi bagi beroperasinya mobil tersebut karena tidak ada lagi moda transportasi untuk mengangkut para siswa yang berdomisili di daerah pelosok. Jika operasional cevrolet dan mobil bak terbuka dilarang,maka otomatis,para pelajar tidak lagi mempunyai sarana transportasi. “Sebenarnya memang dilarang,tapi terpaksa kami beri toleransi karena di wilayah - wilayah seperti itu tidak ada pilihan angkutan lainnya. Kami tetap meminta agar sopir berhati - hati dan benar - benar melindungi anak - anak,misalnya dengan tidak mengangkut penumpang secara berlebihan,”katanya kepada Surya.
      Dishub sebenarnya sudah berusaha membuat trayek baru untuk melayani penumpang,termasuk para pelajar di daerah terpencil dan perbukitan. Namun hal tersebut terkendala tidak adanya pengusaha angkutan yang mau menempatkan armada MPU di lokasi - lokasi tersebut. Pasalnya,trayek - trayek pinggiran tersebut dirasa tidak menguntungkan. Apalagi beberapa tahun terakhir,terjadi penurunan jumlah armada MPU yang dioperasikan pada trayek - trayek tertentu akibat sepinya penumpang. “Kami sudahy menyediakan trayeknya. Misalnya Pasar Semen sampai Sumber Podang,tapi toh nyatanya tidak ada investor yang mau. Jangankan di daerah terpencil,di daerah yang dekat pusat kota pun jumlah MPU turun karena penumpang sepi,”imbuh Gembong.
      Terpisah,ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kediri,Subur Santoso mengatakan,pihaknya juga merasa prihatin dengan beroperasinya cevrolet dan mobil bak terbuka untuk angkutan anak sekolah. Namun pihaknya tidak bisa berbuat banyak. Pasalnya,kondisi MPU saat ini sedang lesu. “Kalau mau dibuat trayek baru disana rasanya sulit karena pertimbangan jumlah penumpang tidak sebanding dengan biaya operasional. Apalagi MPU saat ini sepi,banyak yang tidak beroperasi,”ujarnya. 

(Laporan : Vrian Triwidodo)