MENENGOK KAMPANYE PENGGUNAAN KONDOM DI LOKALISASI - Romansa Bening

Breaking

MENENGOK KAMPANYE PENGGUNAAN KONDOM DI LOKALISASI



*Terapkan Strategi Tarif,Yang Mau Pakai Kondom Tarif Lebih Murah

Antisipasi : Para PSK pun ikut berperan dalam upaya penggunaan kondom untuk menghindari penularan HIV / AIDS (foto/vree)


Kesadaran penggunaan kondom di lokalisasi masih menjadi persoalan terutama untuk menanggulangi penyebaran infeksi menular seksual (IMS) dan HIV/AIDS. Banyak pengguna jasa pekerja seks komersial (PSK) yang enggan menggunakan kondom dengan alasan kurang nyaman. Akibatnya,para PSK dan pengelola lokalisasi berjuang mengkampanyekan penggunaan kondom dengan berbagai cara.
---------
      Kebutuhan kondom di wilayah Kabupaten Kediri memang cukup besar. Dalam setahun,dinas kesehatan setempat menyalurkan 23 ribu kondom. Dengan kata lain,rata - rata tiap bulan,dibutuhkan lebih dari 1.900 kondom. Namun ternyata,jumlah itu masih terbilang kecil dibanding aktifitas seksual yang membutuhkan pengamanan kondom,terutama di lokalisasi. Pasalnya,dinkes mencatat penggunaan kondom di delapan lokalisasi yang ada saat ini baru 68 persen. Artinya,sebenarnya kesadaran penggunaan kondom masih rendah jika dibandingkan kunjungan pengguna jasa di lokalisasi yang rata - rata mencapai 100 tamu per hari. Akibatnya,dari tahun ke tahun jumlah kasus IMS maupun HIV/AIDS terus bertambah. Dinkes mencatat,tahun ini lebih dari 360 PSK yang positif terjangkit IMS atau meningkat sekitar 7 persen dibanding tahun 2010. “Melihat jumlahnya memang besar,tapi sebenarnya itu baru 68 persen dari kebutuhan riil,”kata kasi penanggulangan penyakit menular langsung (P2ML),Nur Munawaroh.
      Kondisi ini tampaknya sesuai dengan kondisi di sejumlah lokalisasi. Para pemilik wisma dan PSK mengeluh karena banyak pelanggan mereka yang enggan menggunakan kondom saat berhubungan seksual. “Biasanya tamu tidak mau memakai kondom dengan alasan rasanya kurang enak. Mereka sering ngomong kesini mau enak kok malah disuruh pakai kondom,”kata Ruki,salah satu pemilik wisma di lokalisasi Gedangsewu Pare.
      Penolakan penggunaan kondom oleh  tamu ini juga dilakukan dengan berbagai cara. Selain meminta diskon tarif jika dipaksa menggunakan kondom,tamu juga mengancam pindah ke wisma lain jika tetap diminta untuk memakai kondom saat berhubungan. “Ini jelas menyulitkan,karena anak - anak (PSK) tentu saja butuh tamu agar mendapat penghasilan,”lanjutnya.
      Sikap tamu yang berkeras tidak mau menggunakan kondom tidak lepas dari pengaruh latar belakang mereka. Pasalnya,profesi dan pendidikan para pengguna jasa esek - esek membuat mereka kurang sadar terhadap bahaya penyakit jika berhubungan seksual tanpa kondom. Namun,pelanggan tetap saja berkeras,sehingga stok kondom yang ada di wisma seringkali hanya menumpuk. Kondom yang dibagikan pada PSK untuk ditawarkan pemakaiannya pada para tamu banyak yang tidak terpakai. “Kebanyakan para tamu itu profesinya sebagai buruh tani sehingga kemungkinan mereka kurang mendapat informasi tentang manfaat kondom. Padahal saya sudah meminta jatah kondom yang lebih sampai 3 dos isi 400 kondom lebih ,tapi ternyata banyak yang tidak terpakai,”kata Soleh,pemilik wisma di lokalisasi Bolodewo Wates.
      Meski demikian,para pemilik wisma tetap berusaha agar para tamu mau menggunakan kondom. Apalagi mereka juga terus didorong oleh kelompok kerja (pokja) penanggulangan HIV/AIDS untuk ikut mengampanyekan penggunaan kondom. “Memang situasinya seperti itu,pelanggan sulit diminta pakai kondom. Di semua lokalisasi masalahnya sama. Tapi saya berpesan pada anak - anak agar ,”kata Naim,pemilik wisma di lokalisasi Gurah.
      Bagi para PSK,kondisi ini jelas menyulitkan. Di satu sisi mereka harus berpikir tentang penghasilan dari tamu,tapi di sisi lain,mereka menyadari banyaknya penyakit kelamin yang mengancam apabila berhubungan tanpa memakai kondom. “Kalau tetap dipaksa menggunakan kondom pelanggan bisa lari mas,kalau sudah seperti itu kami dapat uang dari mana ?”kata Jk,seorang PSK di lokalisasi Ngadiluwih.
      Para PSK terpaksa memutar otak untuk menyiasati persoalan ini. Mereka melakukan berbagai cara agar para pelanggan mau melakukan hubungan seks aman dengan kondom. Salah satunya seperti yang dilakukan di lokalisasi Tambi Kecamatan Kandangan. Di lokalisasi itu, sejak tahun 2010, para PSK menerapkan tarif khusus bagi tamu yang menggunakan kondom. Tarif ini lebih murah jika dibandingkan dengan tarif normal yang berkisar antara Rp 50 ribu - Rp 150 ribu. “Kalau mau pakai kondom ya lebih murah,sebaliknya kalau tidak mau ya tarifnya lain,”kata Nn,seorang PSK di lokalisasi Tambi.
      Tidak hanya itu,tamu - tamu yang datang ke lokalisasi itu juga langsung mendapatkan kondom ketika memarkir kendaraannya. Rupanya,kampanye kondom dengan strategi tarif itu cukup sukses. Hal ini dilihat dari penyebaran IMS di lokalisasi tersebut yang turun hingga sekitar 30 persen dari sebelumnya. Tidak hanya itu,untuk menekan penyebaran IMS,pengelola wisma di lokalisasi Tambi juga akan mengusir PSK yang tiga kali tidak mengikuti pemeriksaan kesehatan rutin.
      Sayangnya,strategi tarif ini sulit bertahan. Pasalnya,para PSK rupanya tidak kompak menjalankan strategi tersebut. Ada PSK yang mau menerima tamu tanpa kondom,sehingga menimbulkan kecemburuan diantara PSK lainnya.
      Koordinator LSM Suar Kediri,Sanusi mengungkapkan,dari laporan petugas pokja di lokalisasi,sebenarnya para PSK dan pemilik wisma sudah menyadari pentingnya penggunaan kondom untuk mencegah penularan penyakit kelamin. Namun kesadaran serupa tidak dimiliki oleh para pengguna jasanya. “Memang ada yang sudah sadar,tapi jumlahnya sangat kecil,”katanya.
      Menurutnya,kondisi ini patut menjadi perhatian tersendiri,karena selama ini program sosialisasi penggunaan kondom hanya menyasar para penghuni lokalisasi,sedangkan kegiatan serupa jarang yang menyentuh para pengguna jasa protitusi.

(Laporan : Vrian Triwidodo)