KETIKA MAHASISWA ASING BERKARYA UNTUK WARGA PELOSOK - Romansa Bening

Breaking

KETIKA MAHASISWA ASING BERKARYA UNTUK WARGA PELOSOK

*Bangun Jembatan Turis Hingga Hibur Anak Dengan Sandiwara Boneka
Berbaur : Seorang mahasiswi asing sedang mengecat rumah boneka untuk menghibur anak pelosok (foto/vree)

    Siang itu,Selasa (26/7),seorang pemuda berkulit kuning dan bermata sipit terlihat asyik bergurau dengan sejumlah anak di depan Masjid Nurul Huda Dusun Judeg Desa Surat Kecamatan Mojo. Pemuda yang mengenakan topi itu terlihat terus tersenyum sambil menggoda anak - anak yang mengelilinginya. Namun,pemuda itu tak pernah terdengar mengeluarkan kata - kata. Maklum,pemuda itu tidak dapat berkomunikasi dengan anak - anak salah satu dusun pelosok,karena tidak dapat berbicara menggunakan bahasa Indonesia. Pemuda itu bernama Kwon Se Chang (23) asal Korea. Pemuda yang akrab disapa Clift itu merupakan salah satu dari 80 mahasiswa asing yang sedang mengikuti kegiatan Community Outreach Program (COP) yang digelar Universitas Kristen Petra hingga tanggal 1 Agustus lalu.
      
   Clift mengaku sangat kaget ketika pertama kali datang ke dusun itu. “Saya tidak pernah berpikir seperti ini. Semuanya serba minim. Kondisi warga dan sistem yang ada,semuanya minim,”ujar mahasiswa Dong Seo University itu.

      Pendapat serupa disampaikan Josieen Kools (28),mahasiswi Inholland  University Belanda. Menurut mahasiswi jurusan pendidikan itu,pola pikir masyarakat dusun sangat berbeda dengan masyarakat di negara asalnya. Hal inilah yang menurutnya menjadi salah satu penyebab warga menjadi sulit berkembang. “Mereka berpikir melakukan sesuatu untuk hari ini,sedangkan kami di Belanda berpikir jauh ke depan,”katanya.

      Kondisi sosial yang dihadapi oleh masyarakat lokasi COP inilah yang mengetuk hati dan memacu semangat para mahasiswa asing untuk memberikan sumbangsih karya yang bisa membawa peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar. Salah satunya dengan pembuatan jembatan menuju areal  pemakaman dusun setempat.

      Selama ini,lokasi tempat jembatan dibangun merupakan sungai yang sering longsor. Tidak adanya fasilitas jembatan membuat warga mengalami kesulitan ketika hendak memakamkan kerabatnya yang meninggal dunia. “Kalau musim hujan,tempat ini sering banjir,sehingga jalannya tidak bisa dilewati dan proses pemakaman harus ditunda hingga keesokan harinya,”kata Ismadi,ketua RW 5 Dusun Judeg.

      Sejak datang ke dusun itu,mahasiswa asing bersama mahasiswa UK Petra dan warga setempat bahu membahu membangun jembatan. Tidak hanya mahasiswa pria,para mahasiswipun turut andil mengerjakan jembatan. Mereka ikut membantu mengangkat batu yang digunakan untuk pondasi hingga menyemen badan jembatan. 

      Yang menarik,warga setempat menamai jembatan hasil karya mahasiswa asing itu dengan sebutan jembatan turis. “Biar mudah diingat,kalau jembatan ini dibuat oleh adik - adik mahasiswa dari luar negeri. Dengan adanya jembatan ini,kami tidak lagi kesulitan untuk memakamkan saudara yang meninggal,”tambah Ismadi.

      Hasil karya mahasiswa asing yang berpartisipasi dalam COP UK Petra ini,tidak hanya berupa sarana fisik. Mereka juga terlibat dalam kegiatan pendidikan. Para mahasiswa asing itu ikut memperbaiki kondisi TK Kusuma Mulia di Dusun Jeruk Desa Kedawung Kecamatan Mojo. Mereka mengecat ulang tembok TK hingga terlihat lebih rapi dan menarik.

      Tiap sore,mereka juga mengumpulkan anak - anak dusun untuk diajak belajar bersama. Para mahasiswa asing itu melakukan pembelajaran dengan metode sandiwara boneka. Mereka membuat miniatur rumah tempat boneka - boneka itu dimainkan. Sedangkan anak - anak menontonnya dari depan. “Kami sudah mempersiapkan kegiatan ini sebelumnya. Kami membuat cerita boneka agar anak - anak tertarik dan bisa terhibur,”ujar Suryani Giyem Thalip,mahasiswi Belanda keturunan Madura.

      Menurut mahasiswi yang sempat tinggal di Indonesia saat berusia 1 tahun itu,sarana pendidikan di tempatnya mengikuti COP sangat kurang. Selain itu,metode belajar yang digunakan juga sangat konvensional. “Saya rasa anak - anak akan lebih mudah belajar jika metode mengajarnya lebih kreatif dan lucu,”katanya.

      Hal serupa juga dilakukan sejumlah mahasiswa Korea. Mereka menggelar Korean Festival di rumah warga tempatnya menginap. Dalam acara itu,mereka menyuguhkan berbagai macam kesenian dan permainan Korea untuk anak - anak. Mereka juga memperkenalkan sejumlah peralatan canggih yang dibawa dari negara asalnya,seperti solar cell dan kertas filter air yang disebut Nanno filter. “Kami ingin membantu masyarakat di Negara ini untuk bisa maju dan berkembang. Kami memberikan 4 unit solar cell untuk pembangkit listrik. Kami juga memberikan kertas filter ini untuk menyaring air agar bisa semakin jernih dan sehat,”kata Hyunjoong Jun,salah satu staf pendamping mahasiswa asal Korea.

      Yohanes Budi Cahyono,staf panitia pelaksana COP UK Petra menjelaskan,para mahasiswa yang berpartisipasi dalam kegiatan ini memang dituntut kreatif memunculkan ide untuk pengembangan masyarakat setempat. Dengan mengalami sendiri berbagai kesulitan masyarakat,mereka diharapkan mampu menggulirkan kegiatan yang bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. “Kami ingin mahasiswa bisa berbaur dan menyatu dengan masyarakat,sekaligus tahu dan bisa memberikan alternatif solusi bagi persoalan lokal. Oleh karena kedekatan batin mereka sangat kuat dan mereka sudah menjadi bagian dari masyarakat,”katanya.

(Laporan : Vrian Triwidodo)