Menjaga Nafas Aksara Jawa - Romansa Bening

Breaking

Menjaga Nafas Aksara Jawa



Sore itu, beberapa remaja lengkap dengan masker dan face shieldnya bersiap untuk belajar aksara Jawa. Dibimbing Arief Nurdiana (43) guru relawan di Taman Baca Kampoeng Djadoel Kecamatan Pesantren, mereka belajar mengucapkan dan menulis huruf demi huruf. 

Arief menuturkan, saat ini minat untuk belajar dan menekuni aksara Jawa sangat minim. Bahasa tradisional itu jarang dipelajari, berbeda dengan bahasa asing yang dipandang lebih elit dan modern. "Sekarang bisa kita lihat, banyak sekali lembaga non formal menyediakan jasa bimbingan belajar bahasa asing, tapi berbeda dengan bahasa Jawa," tuturnya.

Arief mengakui, bahasa Jawa memang sulit dipelajari karena memiliki unsur sastra yang kuat. Namun ketika benar – benar dirasakan maka bahasa Jawa begitu santun dan penuh estetika. Bentuk yang unik dalam aksara Jawa menunjukkan makna yang mendalam. “Sebagai peninggalan budaya yang bernilai tinggi tentu bahasa Jawa harus dilestarikan,” tandasnya.

Relawan lain, Juliaman Budi Santoso mengatakan, semua pihak harusnya terlibat aktif dalam usaha pelestarian aksara Jawa. “Terlalu terlena dengan bahasa asing, lupa dengan bahasa leluhur. Sekarang kalau bukan kita mau siapa lagi uanv masih mau belajar untuk merawat warisan budaya ini?" katanya.(*)