Namanya
Kasiyem. Perempuan sepuh itu dikenal para pecinta jajanan pasar atau warga yang
sekadar ingin membeli jajanan tradisional di Kota Kediri. Warga Dusun Paras
Desa Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri itu sudah 46 tahun
berjualan jajanan tradisional di tempat yang sama, tanpa pernah berpindah
lapak.
Hari masih lindap. Jam baru
menunjukkan pukul 02.00 WIB. Ketika banyak orang masih terbuai mimpi, Kasiyem
sudah bangun dan bergegas menyiapkan berbagai keperluan untuk berjualan.
Sejenak berbenah, Kasiyem lantas bergegas menuju tempatnya berjualan jajanan
pasar di area Pasar Ngadirejo Kota Kediri.
Aktivitas seperti itu dijalani
Kasiyem sejak tahun 1974, saat memulai usaha berjualan pasar tradisional
sebagai mata pencaharian. Dulu saat masih belia, Kasiyem mengayuh sepeda angin
dari rumahnya menuju tempatnya berdagang yang jaraknya sekitar 10 kilometer.
Tapi sekarang, dia diantar oleh Vina (22) salah satu cucunya.
"Monggo,
ngersak ne nopo? (Silakan mau yang mana?)," kata Kasiyem setiap ada
pembeli yang datang. Cenil, lopes, samplok, gatot, dan berbagai jajanan
tradisional lain tersaji di atas meja berukuran 1 meter x 2 meter yang
dijadikan tempat berjualan oleh Kasiyem di area Pasar Ngadirejo Kota Kediri. Di
tempat itu, selama 46 tahun, Kasiyem berjualan jajanan pasar. Selama puluhan
tahun, dia tidak pernah pindah tempat berdagang.
Meski sudah berumur senja, Kasiyem
masih cekatan melayani pembeli. Dia sendiri yang meracik jajanan pasar sesuai
pesanan pembeli.
Nenek 13 cucu itu menuturkan, dulu
ketika awal berjualan harga jajan pasar masih berkisar antara Rp 100 hingga Rp
500 perbungkus. Sekarang dia menjual dengan harga Rp 2 ribu hingga Rp 3.500
perbungkus. Sehari dia mampu meraup untung hingga Rp 600 ribu.
"Dulu
anak-anak kecil bisa makan jajan pasar, nunggu keluarga yang sedang ada hajat
atau tasyakuran. Sekarang bisa dibeli setiap saat," tutur Mbah Kasiem,
sapaan akrabnya.(*)