Menyusuri Sejarah Gedung Bank Indonesia Perwakilan Kediri - Romansa Bening

Breaking

Menyusuri Sejarah Gedung Bank Indonesia Perwakilan Kediri



Desain Unik Karya Arsitek Ternama Belanda

 

Kota Kediri punya banyak bangunan peninggalan masa lalu yang penuh nilai sejarah. Salah satunya gedung Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kediri di Jalan Brawijaya. Nilai sejarah bangunan megah yang berdiri di ujung simpang empat Jalan Doho itu menyedot perhatian para pecinta sejarah yang tergabung dalam komunitas Pelestari Sejarah dan Budaya Kadiri (Pasak). Sekitar 10 anggota Pasak mengunjungi bangunan itu untuk mencari tahu sejarah di baliknya.


Nasrullah, Kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi Bank Indonesia Perwakilan Kediri mengatakan, awalnya gedung ini merupakan kantor De Javasche Bank (DJB) Kediri. Semula bangunanya bergaya indische empire dengan ditopang oleh dua pilar di bagian depannya dan memiliki tiga pintu utama. Lalu pada tahun 1927, seiring perkembangan kantor DJB tersebut, dilakukan perombakan bangunan sesuai kebutuhan kala itu.


Para anggota Pasak diberi kesempatan untuk berkeliling di gedung utama yang direnovasi pada tahun 1927 itu. Terlihat beberapa lukisan tua yang mengambarkan kondisi gedung tempo dulu tergantung di dinding – dinding bangunan bersejarah itu.


Novi Bahrul Munib, Ketua Pasak mengatakan, gedung BI Kediri tergolong unik. “Gedung BI ini arsitekturnya menarik, perpaduan antara gaya Eropa dan Jawa,” katanya.


Keunikan itu, kata Novi, terlihat dari cungkup bangunan utama. Meski bangunan bergaya Eropa, namun cungkup justru memakai bentuk limas an, khas Jawa. “Yang menarik, puncak bangunannya terdapat atap yang menyerupai joglo, gaya bangunan jawa,” ujar Novi, sapaan akrabnya.


Pada dinding pintu utama sebelah timur, terdapat tanda cap biro arsitek yang membangun gedung. Dari tulisan, tertera Fermont-Cuypers sebagai pelaksana pembangunan. Fermont-Cuypers sendiri merupakan sebuah kantor konsultan arsitektur yang didirikan di Batavia pada 1908 oleh dua arsitek, yaitu Marius J. Hulswit dan Eduard Henricus Gerardus Hubertus Cuypers sebagai kantor cabang dari biro yang sama di Amsterdam.


Biro arsitek ini terkenal di zamannya. Di Indonesia, ada setidaknya 70 gedung yang menggunakan jasa biro itu dalam pembangunannya. Salah satu ciri khas biro ini adalah menggabungkan gaya arsitektur Eropa dengan gaya arsitektur lokal. 


Novi berharap, pihak Bank Indonesia Perwakilan Kediri dapat mengembangkan tempat bersejarah tersebut. “Mungkin kedepan bisa dibangunkan semacam museum uang atau museum tentang perekonomian yang ada di Kediri,” katanya. (*)